Bagi masyarakat Papua, 1 Juli
merupakan hari yang bersejarah dan merupakan hari yang dinanti-nantiterutama masyarakat yang berada diwilayah Sentani yaitu masyarakat
di Kampung Asei. Pulau Asei merupakan pulau kecil yang terletak di depan Danau Sentani,
Jayapura.
Keunikan yang terdapat di Pulau Asei
yaitu masyarakat Pulau Asei merupakan seniman lukis, pelukis di Pulau Asei
berbeda dengan pelukis kebanyakan di wilayah Indonesia lainnya. Dipulau Asei
pelukis menggunakan kulit kayu sebagai pengganti kanvas. Kulit kayu yang
digunakan hanya terdapat di Papua yaitu kulit kayu khombouw. Media kulit kayu
sudah dipergunakan sejak tahun 1980-an yaitu sebagai pakaian, celana, sebagai
alas untuk meletakkan mas kawin yaitu kapak batu dan kulit kayu juga digunakan
sebagai pembungkus jenazah. Dengan perkembangan jaman dan berkurangnya populasi
kayu khombouw, masyarakat Kampung Asei hanya menggunakan kulit kayu sebagai
media untuk melukis.
Untuk mendapatkan bahan kulit kayu
yang bagus, terlebih dahulu kulit kayu khombouw dicuci untuk menghilangkan
getahnya, kemudian dipukul-pukul hinga lunak kemudian dijemur. Proses
penjemuran dibutuhkan waktu sekitar 1 hari, setelah benar-benar kering kulit
kayu dapat digunakan. Masyarakat Kampung Asei melukis berbagai motif,
diantaranya motif Rosindale dan motif Yoniki. Motif Rosindale hanya dapat
ditemui di rumah Ondoavi/ kepala suku, motif Yoniki biasanya berbentuk simbul
bulat yang mempunyai makna kebersamaan. Dalam melukis masyarakat pulau Asei mengunakan
pewarna alami. Warna hitam dibuat dari arang dan dicampur dengan minyak kelapa,
Warna putih dibuat dari kulit kerang dan sagu dan warna merah terbuat dari
tanah liat atau batu merah. Masing-masing warna memiliki lambang yaitu warna
hitam melambangkan kematian, warna putih
melambangkan kebesaran suku dan warna merah melambangkan keperkasaan suku.
Untuk menjangkau Pulau Asei sangat
mudah dapat menggunakan perahu dari Danau Sentani. Di Pulau Asei terdapat Gereja
tertua di Jayapura, Gereja tersebut berada dipuncak bukit Pulau Asei. Pada
tahun 1855 misionaris dari Jerman yang bernama W. Ottow Carl dan Johann G. Geissler
memberitakan masuknya Injil dari Utara Papua sampai Teluk Youtefa hingga masuk
ke pedalaman Pegunungan Cycloop dan pada tanggal 1 Juli 1928 Injil pertama kali
diberitakan masuk di Pulau Asei.
Sebelum perang dunia ke 2, Gereja di
dirikan dipingir pulau dengan konstruksi bangunan yang sederhana. Namun ketika
terjadi perang dunia ke 2 dimana terjadi perebutan Pasifik dari Jepang yang
dipimpin oleh Jenderal Douglas Mac Arthur, Pulau Asei menjadi sasaran yang akan
diserang Sekutu.Pulau Asei dan Gereja pun hancur sehingga masyarakat
meninggalkan pulau.
Setelah keadaan aman, masyarakat
kembali ke Kampung Asei. Berkat kerja keras dan kebersamaan selama 7 tahun
masyarakat Asei berhasil mendirikan Gereja hingga pada tanggal 1 Januari 1955 Gereja diresmikan. Kini Gereja
berdiri dipuncak bukit Pulau Asei dan setiap tanggal 1 Juli diperingati sebagai
hari pengkabaran Injil di Gereja Asei, semua umat datang merayakan upacaraakbar
Injil di Gereja tersebut. Masyarakat Papua memperingati 1 Juli 2014 sebagai peringatan hari pengkabaran Injil di Pulau Asei
ke 86 tahun. Diharapkan dengan masuknya Injil dapat mematahkan kuasa umat dan
mendatangkan hidup bagi umat manusia serta menerangi kegelapan, kekafiran umat
manusia sehingga tercipta keharmonisan di tanah Papua menuju Papua bangkit,
mandiri dan sejahtera.(SP/99)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar