Minggu, 29 Desember 2013

Kapolda: 100% TNI/Polri Tak Terlibat



JAYAPURA - Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian mengklaim, anggota TNI dan Polri sama sekali tidak terlibat dalam aksi penembakan  yang terjadi di Areal PT Freeport, termasuk penembakan konvoi Trailer Freeport.
 “Sudah terdeteksi, 100 persen tidak ada anggota TNI maupun Polri yang terlibat dalam serangkaian aksi penembakan di Areal Freeport yang terjadi belakangan ini,’’tandas Kapolda kepada wartawan beberapa hari lalu. Menurutnya, selain memastikan tidak ada keterlibatan anggota TNI dan Polri dalam serangkaian aksi penembakan itu, pihaknya juga sudah berhasil mengidentifikasi pelaku. ‘’Kami sudah mendeteksi pelaku penembakan di areal Freeport, mereka ada dua kelompok yakni kelompok atas dan bawah,’’ungkapnya
. Dari hasil identifikasi, lanjut Kapolda, kelompok atas yakni yang kerap beraksi di Mile 71-68 adalah pimpinan YAW. “Mereka ini bergabung dengan para pendulang dan melakukan aksi penembakan untuk motif ekonomi,’’jelasnya. Sedangkan kelompok bawah yakni yang selalu beraksi di mile 38-41, adalah kelompok Tony Kwalik pimpinan Johni Botak yang bermarkas di Kali Kopi. ‘’Nama asli Johni Botak ini adalah Johni Beanal anggotanya ada sekitar 10 orang dan merekalah yang selalu berasi di Mile 41,’’tukasnya.
Motif mereka melakukan serangkain aksi penembakan, sambung Kapolda, hingga kini masih misterius. ‘’Belum diketahui secara pasti apa motif merka melakukan penembakan,’’singkatnya. Dalam setiap melancarkan aksi penembakan, kelompok Johni Beanal ini menggunakan senjata api jenis M16. ‘’Senjata mereka M16, dalam setiap aksi mereka sangat perhitungan baik terhadap sasaran maupun logistik amunisi, selau menembak dalam hitungan detik tepat sasaran untuk irit peluru. Setelah beraksi mereka langsung kabur ke hutan,’’paparnya.
Mengenai amunisi yang dimiliki kelompok itu, Kapolda tidak membantah, kemungkinan diperoleh dari oknum aparat. ‘’Mungkin bisa saja mereka cari peluru dari aparat,’’pungkasnya. Yang pasti, tambahnya, pengawalan terhadap kendaraan yang melintas areal Freeport terus ditingkatkan. ‘’Kami perketat pengawalan kendaraan juga di pos-pos penjagaan baik itu Brimob maupun TNI,’’ucapnya.
Kapolda mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim untuk mengejar para pelaku. “Kami sudah bentuk tim untuk kejar pelaku ke hutan, namun sulitnya medan menjadi salah satu kendala,’’imbuhnya. Namun, langkah persuasif tetap dikedepankan, dengan menghimbau para pelaku untuk menghentikan aksinya. ‘’Langkah persuasif kami, membangun komunikasi dengan sejumlah pihak untuk meminta kelompok itu menghentikan aksinya,’’kata dia. Menyikapi klaim Kapolda bahwa tidak ada keterlibatan TNI dan Polri dalam serangkain aksi penembakan itu, Imparsial LSM Pemerhati HAM mengatakan, jika Polda Papua sudah mampu mengidentifikasi kelompok yang melakukan aksi kekerasan di Areal Freeport adalah kelompok John Beanal dan Tony Kwalik, maka proses penyidikan harus segera dilakukan. ‘’Jangan sampai para pelaku melakukan kekerasan lagi. Polda harus segera melakukan pemeriksaan terhadap para saksi, menetapkan status tersangka  dan melakukan penangkapan terhadap para pelaku, agar tidak mengulangi kejahatan mereka lagi,’’ujar Dierktur EKSEKUTIF Imparsial Poengki Indarti meallui pesan singkatnya, Minggu 29 Desember.
Dalam upaya penangkapan, jangan menggunakan cara yang dapat mematikan.” Hal yg paling penting adalah tetap menghormati asas praduga tak bersalah dan menghormati hak-hak tersangka, agar dapat diproses hukum secara fair,’’imbuhnya.
TNI/Polri Harus Tegas Beri Rasa Aman Sementara itu Ketua Klasis GKI Jayapura Pendeta Willem Itaar, S.Th., ketika dijumpai dikediamannya di Kamkey, Abepura,Sabtu (28/12) mengkritik serangkaian penembakan di Areal PT Freeport, terutama yang terjadi di masa raya natal.
Ditegaskan, pihaknya  menyampaikan khususnya   kepada TNI/Polri serta Pemerintah, baik Pemerintah Provinsi Papua maupun Pemerintah Kabupaten Mimika harus  ada ketegasan memberi rasa aman kepada  siapapun di areal  Freeport.
 Mantan Ketua KPU Mimika ini mengatakan,  sebagai masyarakat  yang mencintai kedamaian di Tanah Papua pihaknya  sangat  kesal dengan pelbagai  kejadian  yang membuat  masyarakat  tak aman, kehidupan  mereka terganggu, bahkan menghilangkan nyawa  dari   pelbagai  peristiwa di Tanah Papua ini.  “Kami punya  iman Kristen,  itu tak menyenangkan hati Allah. Sebab Allah tak  berkehendak kejadian-kejadian yang  membuat  orang lain merasa takut dan gelisah, bahkan menghilangkan nyawa orang lain demi sebuah kepentingan dan kekuasaan, apalagi  merekayasa sesuatu,” tukas Willem  Itaar.
Diutarakan, Alkitab  menulis,    peristiwa-peristiwa semacam ini mau memberi gambaran betapa dunia itu  selalu tak aman,  diakibatkan prilaku manusia  yang tak menghargai  ciptaan Allah,  baik alam dan  juga sesama karena orang-orang   bersangkutan juga tak takut Allah.
“Apakah  orang itu dia disebut  orang  beragama ataukah orang  itu dia sebagai orang tak percaya dan   tak  beragama. Padahal  semua  manusia  siapapun dia  harus  memberi rasa  aman  kepada  setiap orang,”  ujar Willem Itaar, yang  pada 1997 hingga 2006 memberikan  pelayanan  bagi pimpinan dan karyawan Freeport di Tembagapura, Kuala Kencana dan Timika.
Karenanya,  tandas Willem Itaar, apabila ada  kelompok Orang Tak Dikenal (OTK) dia itu  orang Papua, orang Kristen, pihaknya  menghimbau karena  orang Kristen mengajar  bahwa kasihilah sesamamu   manusia, karena kami mengasihi  Allah sehingga  hal-hal  yang mengganggu keamanan dan mengganggu kebersamaan akhirnya  juga akan menghilangkan nyawa orang. “Ini  bagi Allah tak  baik sebab Allah  tak  berkehendak sesama manusia  saling membunuh,”katanya.
Dikatakan, mari   bersama-sama menyenangkan hati, menyejukkan hati, dengan hati yang  baik kita  merayakan Natal,   meninggalkan tahun 2013 dan  memasuki tahun 2014 dengan segala yang baik dengan kasih Allah, dengan Syalom Allah dan benar-benar Allah  yang  Raja Damai tinggal didalam hati hidup kita  keluarga dan dalam seluruh  pekerjaan. 
“Tuhan Yesus Kristus seperti apa  yang disampaikan oleh injil Yohanes karena begitu besar  kasih Allah akan dunia  ini sehingga dia mengaruniakan anaknya yang Tunggal. Betapa Allah mengasihi dunia ini  dia  rela melepaskan anak yang tunggal, sesungguhya dia sendiri datang kedunia  untuk memperdamaikan sesama  kita di dunia,” imbuh Willem Itaar.   
 Berkaitan dengan  peristiwa penembakan di areal PT Freeport,  lanjut  Willem Itaar, pihaknya  mengalami dan  merasakan  situasi  dan kondisi  di Timika.   Timika acapkali  dianonimkan  Tiap Minggu Kacau. Tapi  sesungguhnya  Timika  tak seperti  itu, karena  sebenarnya Timika salah-satu  daerah  yang jika ditata  bagus  dia  salah-satu  daerah  yang  cukup aman. 
Willem Itaar mengatakan,  pihak  yang selalu membuat  kekacauan di Freeport    adalah   kelompok orang  yang lantaran  sebuah  kepentingan hidup dia  membuat suatu  rekayasa  untuk mendapatkan  kehidupan itu. 
“Ada  kelompok yang menginginkan sesuatu  kekuasaan terus merekayasa sesuatu untuk mendapatkan kekuasaan. Ada juga  hal-hal  yang membuat orang lain merasa takut sehingga kelompok-kelompok itu bisa berakses segampang dan semudah melakukan sesuatu di Timika,” urai  Willem Itaar. Beber Willem Itaar, pengamanan  di areal Freeport didukung TNI/Polri dan sistemnya berlapis-lapis.  Ada angkatan yang dikhususkan menjaga kekayaan negara. Freeport  memberi makan untuk negara  ini dan untuk dunia sehingga dia patut dijaga  karena itu sebuah kekayaan negara serta warga yang datang untuk bekerja dan  mencari nafkah. Dari sisi  keamanan Freeport dijaga  berlapis-lapis angkatan dengan sebuah kecanggihan-kecanggihan  teknologi  yang  dirancang  dan bisa mengakses dan melihat  tambang disudut manapun.  Tapi  kenapa  nggak bisa melihat  manusia dibawah  pohon kayu. Apalagi aksi penembakan  terus di daerah  yang sama. Pasukan yang ada disana  dimana. “Di tempat yang sama peristiwa  itu terus terjadi. Anehnya mereka  hanya  tembak  mobil  tak diarahkan kepada  manusia. Jadi aneh,” tutur Willem Itaar.  
 Dikatakan,  masyarakat disekitar  areal Freeport yang merasa  kurang puas  karena hak –haknya digerogoti.  Padahal sebenarnya  sudah ada  pendekatan-pendekatan pihak Freeport dengan  masyarakat  melalui lembaga-lembaga  seperti  Lembaga Masyarakat Adat Amungme (LEMASA), Lembaga Masyarakat Adat Komoro (LEMASKO) dan Lembaga Pengembangan Masyarakat  Adat Komoro (LPMAK)  yang dibentuk untuk kesejahteraan masyarakat setempat, tapi  kenapa  tak pernah berpuas  hati. “Ada lembaga-lembaga  atas nama  masyarakat  yang dari hasil itu mereka  hidup sehingga saya pikir Freeport sudah sangat luar  biasa memberi akses  dan dampak  bagi sebuah kehidupan,” tandas Willem Itaar. Sebagaimana diwartakan,  penembakan di Areal  PT Freeport sebagai  berikut  pada  Jumat  (27/12) sekitar  pukul 13.30 WIT  telah terjadi insiden penembakan  di Mile 41 adapun trailer yang   terkena  tembakan antara  lain. Trailer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer