JAYAPURA
- Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian mengklaim, anggota TNI dan Polri sama
sekali tidak terlibat dalam aksi penembakan yang terjadi di Areal PT
Freeport, termasuk penembakan konvoi Trailer Freeport.
“Sudah terdeteksi, 100 persen tidak ada
anggota TNI maupun Polri yang terlibat dalam serangkaian aksi penembakan di
Areal Freeport yang terjadi belakangan ini,’’tandas Kapolda kepada wartawan
beberapa hari lalu. Menurutnya, selain memastikan tidak ada keterlibatan
anggota TNI dan Polri dalam serangkaian aksi penembakan itu, pihaknya juga
sudah berhasil mengidentifikasi pelaku. ‘’Kami sudah mendeteksi pelaku
penembakan di areal Freeport, mereka ada dua kelompok yakni kelompok atas dan
bawah,’’ungkapnya
.
Dari hasil identifikasi, lanjut Kapolda, kelompok atas yakni yang kerap beraksi
di Mile 71-68 adalah pimpinan YAW. “Mereka ini bergabung dengan para pendulang
dan melakukan aksi penembakan untuk motif ekonomi,’’jelasnya. Sedangkan
kelompok bawah yakni yang selalu beraksi di mile 38-41, adalah kelompok Tony
Kwalik pimpinan Johni Botak yang bermarkas di Kali Kopi. ‘’Nama asli Johni
Botak ini adalah Johni Beanal anggotanya ada sekitar 10 orang dan merekalah
yang selalu berasi di Mile 41,’’tukasnya.
Motif
mereka melakukan serangkain aksi penembakan, sambung Kapolda, hingga kini masih
misterius. ‘’Belum diketahui secara pasti apa motif merka melakukan
penembakan,’’singkatnya. Dalam setiap melancarkan aksi penembakan, kelompok
Johni Beanal ini menggunakan senjata api jenis M16. ‘’Senjata mereka M16, dalam
setiap aksi mereka sangat perhitungan baik terhadap sasaran maupun logistik
amunisi, selau menembak dalam hitungan detik tepat sasaran untuk irit peluru.
Setelah beraksi mereka langsung kabur ke hutan,’’paparnya.
Mengenai
amunisi yang dimiliki kelompok itu, Kapolda tidak membantah, kemungkinan
diperoleh dari oknum aparat. ‘’Mungkin bisa saja mereka cari peluru dari
aparat,’’pungkasnya. Yang pasti, tambahnya, pengawalan terhadap kendaraan yang
melintas areal Freeport terus ditingkatkan. ‘’Kami perketat pengawalan
kendaraan juga di pos-pos penjagaan baik itu Brimob maupun TNI,’’ucapnya.
Kapolda
mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim untuk mengejar para pelaku. “Kami
sudah bentuk tim untuk kejar pelaku ke hutan, namun sulitnya medan menjadi
salah satu kendala,’’imbuhnya. Namun, langkah persuasif tetap dikedepankan,
dengan menghimbau para pelaku untuk menghentikan aksinya. ‘’Langkah persuasif
kami, membangun komunikasi dengan sejumlah pihak untuk meminta kelompok itu
menghentikan aksinya,’’kata dia. Menyikapi klaim Kapolda bahwa tidak ada
keterlibatan TNI dan Polri dalam serangkain aksi penembakan itu, Imparsial LSM
Pemerhati HAM mengatakan, jika Polda Papua sudah mampu mengidentifikasi
kelompok yang melakukan aksi kekerasan di Areal Freeport adalah kelompok John
Beanal dan Tony Kwalik, maka proses penyidikan harus segera dilakukan. ‘’Jangan
sampai para pelaku melakukan kekerasan lagi. Polda harus segera melakukan
pemeriksaan terhadap para saksi, menetapkan status tersangka dan
melakukan penangkapan terhadap para pelaku, agar tidak mengulangi kejahatan
mereka lagi,’’ujar Dierktur EKSEKUTIF Imparsial Poengki Indarti meallui pesan
singkatnya, Minggu 29 Desember.
Dalam upaya penangkapan, jangan menggunakan cara yang dapat mematikan.” Hal yg paling penting adalah tetap menghormati asas praduga tak bersalah dan menghormati hak-hak tersangka, agar dapat diproses hukum secara fair,’’imbuhnya.
Dalam upaya penangkapan, jangan menggunakan cara yang dapat mematikan.” Hal yg paling penting adalah tetap menghormati asas praduga tak bersalah dan menghormati hak-hak tersangka, agar dapat diproses hukum secara fair,’’imbuhnya.
TNI/Polri
Harus Tegas Beri Rasa Aman Sementara itu Ketua Klasis GKI Jayapura Pendeta
Willem Itaar, S.Th., ketika dijumpai dikediamannya di Kamkey, Abepura,Sabtu
(28/12) mengkritik serangkaian penembakan di Areal PT Freeport, terutama yang
terjadi di masa raya natal.
Ditegaskan,
pihaknya menyampaikan khususnya kepada TNI/Polri serta
Pemerintah, baik Pemerintah Provinsi Papua maupun Pemerintah Kabupaten Mimika
harus ada ketegasan memberi rasa aman kepada siapapun di
areal Freeport.
Mantan Ketua KPU Mimika ini mengatakan,
sebagai masyarakat yang mencintai kedamaian di Tanah Papua pihaknya
sangat kesal dengan pelbagai kejadian yang membuat
masyarakat tak aman, kehidupan mereka terganggu, bahkan
menghilangkan nyawa dari pelbagai peristiwa di Tanah
Papua ini. “Kami punya iman Kristen, itu tak menyenangkan
hati Allah. Sebab Allah tak berkehendak kejadian-kejadian yang
membuat orang lain merasa takut dan gelisah, bahkan menghilangkan nyawa
orang lain demi sebuah kepentingan dan kekuasaan, apalagi merekayasa
sesuatu,” tukas Willem Itaar.
Diutarakan,
Alkitab menulis, peristiwa-peristiwa semacam ini mau
memberi gambaran betapa dunia itu selalu tak aman, diakibatkan
prilaku manusia yang tak menghargai ciptaan Allah, baik alam
dan juga sesama karena orang-orang bersangkutan juga tak
takut Allah.
“Apakah
orang itu dia disebut orang beragama ataukah orang itu dia
sebagai orang tak percaya dan tak beragama. Padahal
semua manusia siapapun dia harus memberi rasa
aman kepada setiap orang,” ujar Willem Itaar, yang pada
1997 hingga 2006 memberikan pelayanan bagi pimpinan dan karyawan
Freeport di Tembagapura, Kuala Kencana dan Timika.
Karenanya,
tandas Willem Itaar, apabila ada kelompok Orang Tak Dikenal (OTK) dia
itu orang Papua, orang Kristen, pihaknya menghimbau karena
orang Kristen mengajar bahwa kasihilah sesamamu manusia,
karena kami mengasihi Allah sehingga hal-hal yang mengganggu
keamanan dan mengganggu kebersamaan akhirnya juga akan menghilangkan
nyawa orang. “Ini bagi Allah tak baik sebab Allah tak
berkehendak sesama manusia saling membunuh,”katanya.
Dikatakan, mari bersama-sama menyenangkan hati, menyejukkan hati, dengan hati yang baik kita merayakan Natal, meninggalkan tahun 2013 dan memasuki tahun 2014 dengan segala yang baik dengan kasih Allah, dengan Syalom Allah dan benar-benar Allah yang Raja Damai tinggal didalam hati hidup kita keluarga dan dalam seluruh pekerjaan.
Dikatakan, mari bersama-sama menyenangkan hati, menyejukkan hati, dengan hati yang baik kita merayakan Natal, meninggalkan tahun 2013 dan memasuki tahun 2014 dengan segala yang baik dengan kasih Allah, dengan Syalom Allah dan benar-benar Allah yang Raja Damai tinggal didalam hati hidup kita keluarga dan dalam seluruh pekerjaan.
“Tuhan
Yesus Kristus seperti apa yang disampaikan oleh injil Yohanes karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga dia mengaruniakan
anaknya yang Tunggal. Betapa Allah mengasihi dunia ini dia rela
melepaskan anak yang tunggal, sesungguhya dia sendiri datang kedunia
untuk memperdamaikan sesama kita di dunia,” imbuh Willem
Itaar.
Berkaitan dengan peristiwa penembakan di areal PT Freeport,
lanjut Willem Itaar, pihaknya mengalami dan merasakan
situasi dan kondisi di Timika. Timika acapkali
dianonimkan Tiap Minggu Kacau. Tapi sesungguhnya Timika
tak seperti itu, karena sebenarnya Timika salah-satu
daerah yang jika ditata bagus dia salah-satu
daerah yang cukup aman.
Willem Itaar mengatakan, pihak yang selalu membuat kekacauan
di Freeport adalah kelompok orang yang
lantaran sebuah kepentingan hidup dia membuat suatu
rekayasa untuk mendapatkan kehidupan itu.
“Ada kelompok yang menginginkan sesuatu kekuasaan terus merekayasa
sesuatu untuk mendapatkan kekuasaan. Ada juga hal-hal yang membuat
orang lain merasa takut sehingga kelompok-kelompok itu bisa berakses segampang
dan semudah melakukan sesuatu di Timika,” urai Willem Itaar. Beber Willem
Itaar, pengamanan di areal Freeport didukung TNI/Polri dan sistemnya
berlapis-lapis. Ada angkatan yang dikhususkan menjaga kekayaan negara.
Freeport memberi makan untuk negara ini dan untuk dunia sehingga
dia patut dijaga karena itu sebuah kekayaan negara serta warga yang
datang untuk bekerja dan mencari nafkah. Dari sisi keamanan
Freeport dijaga berlapis-lapis angkatan dengan sebuah
kecanggihan-kecanggihan teknologi yang dirancang dan
bisa mengakses dan melihat tambang disudut manapun. Tapi
kenapa nggak bisa melihat manusia dibawah pohon kayu. Apalagi
aksi penembakan terus di daerah yang sama. Pasukan yang ada
disana dimana. “Di tempat yang sama peristiwa itu terus terjadi.
Anehnya mereka hanya tembak mobil tak diarahkan kepada
manusia. Jadi aneh,” tutur Willem Itaar.
Dikatakan,
masyarakat disekitar areal Freeport yang merasa kurang puas
karena hak –haknya digerogoti. Padahal sebenarnya sudah ada
pendekatan-pendekatan pihak Freeport dengan masyarakat melalui lembaga-lembaga
seperti Lembaga Masyarakat Adat Amungme (LEMASA), Lembaga Masyarakat Adat
Komoro (LEMASKO) dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Adat Komoro
(LPMAK) yang dibentuk untuk kesejahteraan masyarakat setempat, tapi
kenapa tak pernah berpuas hati. “Ada lembaga-lembaga atas
nama masyarakat yang dari hasil itu mereka hidup sehingga
saya pikir Freeport sudah sangat luar biasa memberi akses dan
dampak bagi sebuah kehidupan,” tandas Willem Itaar. Sebagaimana
diwartakan, penembakan di Areal PT Freeport sebagai
berikut pada Jumat (27/12) sekitar pukul 13.30
WIT telah terjadi insiden penembakan di Mile 41 adapun trailer
yang terkena tembakan antara lain. Trailer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar