Jayapura (12/1) – Melanesia Spearhead Group (MSG) merupakan sebuah
organisasi di bidang perekonomian dan perdagangan antar Pemerintah dari
negara-negara di wilayah Pasifik Selatan. Anggota dari MSG ini adalah :
Papua Nugini, Vanuatu, Fiji, New Caledonia, dan kepulauan Solomon. Pada
tanggal 23 Maret 2007, anggota dari negara-negara tersebut
menandatangani Persetujuan Pembentukan Melanesia Spearhead Group dan
meresmikannya dibawah badan hukum internasional yang bermarkas di Port
Vila, Vanuatu.
Tidak hanya bekerja sama dengan negara di wilayah pasifik saja, MSG
juga bekerja sama dengan negara lain di Asia Tenggara khususnya dengan
Pemerintah Indonesia. kerja sama multilateral Indonesia dengan MSG ini
meliputi bidang perdagangan, perekonomian dan Keamanan. Bentuk kerjasama
yang telah dilakukan diantaranya adalah pada 7-8 Januari 2014, Sesmenko
Polhukam, Letjen TNI Langgeng Sulistiyono, bersama delegasi
melaksanakan kunjungan kerja ke Suva, Fiji dalam rangka kerjasama
pembangunan Regional Police Academy Melanesian Spearhead Group (MSG) (http://www.polkam.go.id/Berita/tabid/66/mid/394/newsid394/445/language/en-US/Default.aspx).
Kerjasama pembangunan dan perekonomian antara Indonesia dan anggota
negara-negara MSG ini berbanding terbalik dengan apa yang di lakukan
oleh PM Vanuatu yang baru Moana Carcasses Kalosil. Kalosil justru
memperkeruh hubungan baik antara Vanuatu dan Indonesia yang telah
dirintis oleh PM vanuatu sebelumnya Mr. Sato Kilman dengan mendukung
Provinsi Papua menjadi anggota MSG. Menurut Kalosil “Sudah waktunya
untuk mengakui perjuangan West Papua, seseorang harus melakukan sesuatu
buat hal itu. Kita tidak bisa hanya menutup mata dan menolak, mengatakan
bahwa tidak ada yang terjadi di sana, karena ada banyak masalah hak
asasi manusia terjadi di sana. Kami ingin Papua Barat menjadi anggota
penuh dari Melanesia Spearhead Group – ini adalah sesuatu yang akan kita
lobi”,(http://tabloidjubi.com/2013/05/08/dukung-papua-masuk-msg-vanuatu-akan-putuskan-perjanjian-kerjasama-dengan-indonesia/).
Status Papua menjadi anggota MSG itu tidak benar, karena MSG itu adalah
perwakilan negara-negara Melanesia, sedangkan Papua itu bukanlah suatu
Negara, namun bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebagaimana hasil Integrasi Papua pada 1 Mei 1963 maupun hasil PEPERA
1969 yang melahirkan resolusi PBB 2405. “Hasil Pepera itu sah sesuai
‘New York Agreement‘ 1962 dan Pepera ini pun sudah disahkan oleh Sidang
Majelis Umum PBB melalui Resolusi 2505, pada 19 November 1969,” Ini
berarti kembalinya Papua ke pangkuan Indonesia sudah didukung penuh oleh
masyarakat internasional dan PBB. Selain itu, apa yang dilakukan oleh
Kalosil ini bertentangan dengan Konstitusi negara Indonesia yang
tertuang pada pasal 1 ayat 1 UUD 1945 yang Berisi : Negara Indonesia
ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 tersebut
sudah jelas menegaskan bahwa Negara Indonesia berbentuk republik dan
bukan federal sehingga seluruh wilayah Indonesia adalah bagian dari
NKRI. Ketentuan ini secara etika pergaulan internasional harus
dihormati oleh negara-negara lain di dunia. Sehingga, Papua dalam
kerangka NKRI tidak dapat bertindak sendiri atas nama Papua, melainkan
atas nama Indonesia. Papua, bukanlah negara sendiri, melainkan bagian
dari Indonesia. Hal ini tentu sangat jelas secara hukum, sehingga status
WPNCL (West Papua National Coalition for Liberation) sebagai wakil dari
rakyat papua secara hukum Internasional adalah invalid.
Tentu saja apa yang dilakukan dan disuarakan oleh Moana Carcasses
Kalosil tidak menggambarkan sikap politik dari MSG melainkan sikap
pribadi semata. Hal ini dapat kita lihat dari kunjungan resmi beberapa
pimpinan pemerintahan dari negara-negara anggota MSG yang berkunjung ke
Indonesia. Dalam pernyataan resmi sebagai pimpinan pemerintahan negara
masing-masing mereka mengapresiasi pembangunan perekonomian di Indonesia
pada umumnya dan Papua pada Khususnya. Para pimpinan pemerintahan
tersebut diantaranya adalah Perdana Menteri (PM) Papua Nugini (PNG)
Peter Charles Paire O’Neil yang dalam kunjungannya pada Juni 2013
menyatakan PNG mendukung penuh kedaulatan Papua dalam Bingkai NKRI (http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/06/17/1/161900/Papua-Nugini-Dukung-Kedaulatan-RI-di-Papua
). Kerjasama yang telah dilakukan antara RI-PNG adalah menyepakati
hal-hal terkait perhubungan, batas negara dan ekstradisi. Akan dibuka
satu penerbangan langsung dari Jakarta ke Port Moresby. Kemudian soal
perbatasan negara di tingkatkan pada ranah administrasi negara. Terakhir
adalah masalah ekstradisi para buronan koruptor dari Indonesia yang
menetap di PNG.
Tidak hanya PM PNG, Pada bulan Agustus 2013 PM Kepulauan Solomon
Gordon Darcy Lilo juga berkunjung ke Indonesia, Beliau memberikan
dukungan atas langkah Indonesia mengutamakan pembangunan ekonomi dalam
upaya penyelesaian masalah Papua. “Saya terkesan dengan kemajuan yang
terjadi di Papua. Seperti yang anda ketahui saya diberi kesempatan,
kehormatan untuk mengunjungi Papua,” katanya, saat menjawab pertanyaan
wartawan di Istana Bogor ( http://www.antaranews.com/berita/390267/pm-kepulauan-solomon-terkesan-kemajuan-papua
). Kesan positif Perdana Menteri Kepulauan Solomon itu juga disertai
harapan agar masyarakat Papua dapat membangun kapasitas dan kemampuan
untuk hubungan yang lebih baik dalam pembangunan.
Bahkan Walikota Vanimo (PNG) Mr. Jerry Kina juga mengapresiasi
kemajuan pembangunan di Papua yang sangat pesat ini, karena hal ini akan
berpengaruh juga terhadap warga PNG yang berada di perbatasan PNG-RI.
Sekarang ini banyak sekali warga PNG menyebrang ke wilayah RI untuk
melakukan belanja barang khususnya sembako, karena di Papua ini harga
barang lebih murah dibanding dengan PNG. Hal tersebut amat sangat
membantu masyarakatnya sehingga dengan pesatnya pembangunan di Papua ini
maka kesejahteraan masyarakat juga meningkat ( http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/berita/walikota-vanimo-png-mr-jerry-kina-mengapresiasikan-pesatnya-pembangunan-di-papua-dan-papua-barat/ ).
Berdasarkan keputusan rapat The 19th Melanesian Spearhead Group (MSG)
Leaders Summit yang digelar Rabu, 19 Juni 2013 di Noumea Kaledonia
Baru, maka pimpinan-pimpinan pemerintahan negara anggota MSG akan
melaksanakan kunjungan kerja ke Indonesia pada tahun 2014 ini dalam
rangka “Promoting Economic Ties & Development Cooperation”. Hal ini
dikarenakan melihat bahwa perkembangan pembangunan perekonomian di
Indonesia semakin pesat khususnya di Papua, selain itu menurut MSG
Indonesia juga sangat menghargai hak-hak asli orang Papua seperti adanya
UU otsus yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi warga putra
papua untuk menjadi pejabat pemerintah baik di Provinsi Papua maupun di
pemerintahan pusat. Kunjungan MSG yang direncanakan pada bulan ini juga
merupakan kunjungan lanjutan untuk melihat hasil pembangunan Indonesia
yang begitu pesat, kemudian akan membahas isu-isu yang menjadi
kepentingan bersama dalam bentuk kerja sama seperti upaya peningkatan
kerja sama bilateral, termasuk di bidang ekonomi, pendidikan dan
keamanan serta pemanfaatan program-program capacity building. Mereka
juga akan bertukar pandangan tentang perkembangan di kawasan Asia
Tenggara dan Pasifik sekaligus belajar bagaimana pesatnya pembangunan di
wilayah RI.
MSG juga menilai Indonesia sangat serius dalam hal memajukan
kesejahteraan dan pembangunan di Papua mulai dari Otonomi khusus yang
diperluas atau yang dikenal dengan Otsus Plus, pembangunan ribuan
kilometer ruas jalan untuk membuka jalur transportasi dan perdagangan di
pedalaman Papua oleh Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat
(UP4B) yang dibantu oleh personel Kodam XVII/Cenderawasih dan
meningkatnya mutu pendidikan di Papua. Bahkan apabila ditinjau dari
hasil kajian pihak KPWBI (Kantor Perwakilan Bank Indonesia) di Papua
pertumbuhan perekonomian Papua menggembirakan (http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/ekonomi/item/10531-bi–pertumbuhan-perekonomian-papua-menggembirakan). Kunjungan resmi delegasi MSG diharapkan dapat mempererat hubungan yang baik antara Indonesia dengan negara-negara pasifik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) berulah kembali diwilayah Ilaga Puncak Jaya, Papua yang mengakibatkan tewasnya putra terbaik asal Pa...
-
Perayaan HUT RI Ke-69 mendatang akan tampak berbeda. Pemerintah Provinsi Papua dalam perayaan HUT RI ke-69 Ta. 2014 mendatang akan...
-
Dalam 10 tahun terakhir ini banyak kemajuan kekuatan dan persenjataan TNI berkembang sangat signifikan sejalan dengan kebijakan Presi...
-
Tarian Yosin Pancar (Yospan) merupakan tarian khas dari Papua. Tarian Yospan dipersembahkan untuk menyambut raja-raja di Papua, masyara...
-
Pemerintah Provinsi Papua dalam perayaan HUT RI ke-69 Ta. 2014 mendatang akan membuat gebrakan yang berbeda, satu juta bendera Mera...
-
Pasca penangkapan Enggaranggo Wenda alias Rambo Wenda (27) yang merupakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di sebuah Hotel di Wam...
-
Sejumlah posisi jabatan di jajaran Polda Papua, kembali diserah terimakan. Upacara serah terima jabatan dipimpin langsung Kapolda Papua, ...
-
Mayjen TNI Fransen G. Siahaan resmi menjabat sebagai Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Upacara Serah Terima Jabatan Pangdam XVII/Cend...
-
Masyarakat Papua yang berada di Kampung Kogoyaman Distrik Nambioman Bapai Kabupaten Mappi sangat mengharapkan kehadiran TNI, melalu...
-
Pasca kerusuhan yang terjadi di Distrik Karubaga Kabupaten Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 bertepatan dengan perayaan hari raya Idu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar