Selasa, 18 Februari 2014

Arti Penting Pancasila Bagi Rakyat Papua



Masyarakat Papua sangat bangga dan yakin akan arti penting bahwa Pancasila merupakan dasar dan ideologi negara, falsafah hidup, juga sebagai alat pemersatu bangsa yang “Bhinneka Tunggal Ika” di tengah era globalisasi yang penuh dengan dinamika dan fenomena kehidupan baru.


Mencermati isu-isu yang berkembang akhir-akhir ini, terdapat beberapa isu negatif yang menerpa kehidupan masyarakat Papua, diantaranya penembakan terhadap tukang ojek di Kampung Wuyuneri, Kabupaten Puncak Jaya, Papua yang terjadi Selasa (7/1/2014) lalu, penembakan pesawat maskapai Susi Air oleh kelompok sipil bersenjata di kawasan Mulia, Papua Pesawat itu hendak keluar dari Mulia menuju Nabire, Papua terjadi pada hari selasa, 7/1/2014 sekitar pukul 12.00 WIT, kontak tembak terjadi antara pasukan TNI dari Batalyon 751 Raiders dengan kelompok sipil bersenjata, di Kabupaten Puncak Jaya Papua, Jumat (24/1/2014). Pada saat kontak terjadi,  satu anggota dari kelompok sipil bersenjata tewas dan disita satu pucuk senjata api, satu anggota TNI juga gugur atas nama prajurit satu Sugiarto. Aparat keamanan gabungan TNI – Polri melakukan penangkapan terhadap anggota TPN – OPM atas nama Oki Talenggeng dari kelompok Yambi Distrik Mulia pada Minggu 26 Januari 2014 di daerah Kp. Dondobaga Distrik Mulia Puncak Jaya. Kelompok TPN OPM tersebut berlari kabur setelah melakukan penembakan terhadap aparat TNI – Polri, ada yang melarikan ke ketinggian dan untuk Oki Talenggeng salah satu anggota TPN OPM berlari masuk ke dalam yang diperkirakan membawa senjata dan bersembunyi didalam gereja. Kemudian pihak keamanan gabungan TNI- Polri mengepung gereja dan menunggu sampai kegiatan agama selesai. Pada Jumat 7 Februari 2014 pukul 07.00 WIT di Kampung Kulirik Puncak Jaya KKB kelompok Yambi pimpinan Leka Talenggen melakukan pembakaran Honai milik masyarakat. Perlu disadari bahwa perbuatan segelintir masyarakat yang berbeda paham tersebut telah  merusak kredibilitas dan citra Papua, yang selama ini Papua terkenal akan kedamaian maasyarakat dan keindahan alamnya.

Hal ini tidak boleh terjadi, “karena nila setitik, maka rusak susu sebelanga”. Oleh karena  itu  kepada seluruh masyarakat Papua dimanapun berada untuk berjalan, bergandeng tangan dan bekerja di atas peraturan pemerintah. Mari kita jaga nama baik Papua serta senantiasa membangun Tanah Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Rabu, 12 Februari 2014

Kekuatan Militer Indonesia di Mata Internasional


Dalam 10 tahun terakhir ini banyak kemajuan kekuatan dan persenjataan TNI berkembang sangat signifikan sejalan dengan kebijakan Presiden SBY sejalan dengan kebijakan Presiden SBY untuk membangun kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential forces. pemerintah mengalokasikan anggran pertahanan setiap tahun meningkat bahkan anggaran untuk pertahanan dalam APBN 2013 mendapatkan alokasi yang terbesar. Peningkatan anggaran pertahanan terus meningkat tajam dari tahun 2004 Rp 21,42 trilliun menjadi 83, 4  triliun lebih pada tahun 2014 ini mengalami peningkatan hampir 400%.

Peningkatan anggaran tersebut sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi Indonesia,  dan nilai APBN kita yang terus meningkat serta tantangan menjaga kedaulatan NKRI yang semakin berat. Sebagaimana ditegaskan oleh Presiden SBY, Modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI semata-mata untuk menjaga kedaulatan NKRI serta menjaga keamanan regional maupun kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya.

Peningkatan kekuatan pertahanan ini juga diharapkan akan mengembalikan Indoensia sebagai”macan asia” dalam bidang militer. Pada era Soekarno Indonesia dikenal sebagai Macan Asia  untuk milter dan politiknya.

Sejak tahun 2004 secara bertahap pemerintah melakukan modernisasi alutsista TNI yang dilakukan dengan pengadaan peluru kendalai komposit grom meriam 23 mm untuk jajaran AD, jajaran TNI AL diperkuat LPD, TNI AU dengan Retrofit pesawat C-130B, Batch-III Pesawat Helikopter NAS-332 Super Puma, Senjata dan Amunisis Pesawat Sukhoi-27 SK/30MK. Kemudian tahun-tahun berikutnya Alutsista TNI diperkuat dengan Helicopter Mi-35P dan Mi-17 V-5, Kendaraan Tempur Panser Canon, Peluru kendali pengganti Rapier, Peluru kendali Jarak Pendek QW3, Meriam kal 30 mm 7 barrel, Korvet kelas Sigma, exocet MM-40+ Mistral, Tank Amfibi BMP-3F, Pesawat patroli maritim, kapal perusak kawal rudal, pesawat C-130, pesawat tempur SU 27/30 Sukhoi, senjata dan amunisi pesawat Sukhoi-27Sk/30 Mk, pesawat Embraer EMB 314 Super Tucano sebagai pesawat Pengganti OV-10 dan follow on support. Selain itu Mabes TNI juga melakukan pengadaan pesawat tanpa awak, alat komunikasi khusus bagi pasukan khusus, pengembangan K3I Kosek Hanudnas IV dan lain nya.

Dalam percaturan dunia, Indonesia dikenal oleh Internasional sebagai negara yang paling aktif berpartisipasi dalam menjaga perdamaian dunia, dan Indonesia tercatat dalam laporan PBB menempati urutan ke 15 dari 177 negara yang paling banyak mengirimkan prajuritnya. Pertama kalinya juga Indonesia melibatkan prajurit wanita sebagai pasukan misi PBB .
Lembaga Analisa Militer Global Firepower merilis kekuatan Indonesia kini berada di urutan ke-15 dunia sejak Juni 2013, tapi dari segi kemampuan tempur prajurit Indonesia masuk dalam 3 Besar dunia (Kopasus) setelah Inggris dan Israel. Sebelumnya pada tahun 2011 Indonesia masih berada di peringkat 18 Besar dunia. Untuk Kawasan Asia Pasifik, Indonesia tercatat sebagai negara terkuat Nomor 7, jauh di atas malaysia urutan ke 33 dan Singapura urutan ke 47.

Penambahan sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dibeli Kementrian Pertahanan membuat Militer kita makin bergigi di darat, laut dan udara. Ada 40 indikator dalam situs globalfirepower.com. Untuk persenjataan darat, situs ini menghitung jumlah tank, meriam hingga truk angkut pembekalan. Untuk aspek laut, jumlah kapal perusak, kapal induk, kapal selam. Di udara jumlah jet tempur, helikopter dan sarana pendukung airport. Tak hanya itu globalfirepower.com juga memperhitungkan jumlah penduduk, luas negara, produksi minyak hingga jumlah air port, jaringan rel kereta api dan pelabuhan laut.



Senin, 10 Februari 2014

Tentara PNG Bakar Speed Boat Nelayan Merauke

Kejam dan Tidak Berprikemanusiaan.  Berang kali itulah kata yang pantas dialamatkan kepada sejumlah Tentata Negara tetangga Papua New Guinea (PNG) ini. Betapa tidak,  dengan kejamnya membakar Speed Boat milik nelayan asal Indonesia (warga Merauke) di tengah laut lalu penumpangnya ditinggalkan begitu saja. Beruntung ada 5 dari 10 nelayan asal Merauke ini  berhasil menyelamatkan diri setelah berjuang dengan melawan maut berenang sekitar 5 kilo meter. Sementara 5 orang lainnya belum diketahui nasibnya. Diduga mereka sudah tenggelam lantaran mereka tidak tahu berenang, apalagi  dengan jarak yang cukup jauh dengan cuaca di laut yang berombak. Tak hanya itu,  tentara PNG yang diperkirakan 10-12 orang ini juga dikabarkan menjarah barang-barang dan uang milik para korban (nelayan Indonesia) tersebut. 

Peristiwa ini terjadi Kamis (6/2/2014) sekitar pukul 17.00 WITdi Laut Karu, PNG.Ke-10 warga itu merupakan nelayan pembeli hasil laut berupa teripang dan gelembung ikan di negara tetangga, PNG. mereka adalah Antonius Kanis Basik Basik (26) warga Lampu Satu, Alexander Tjoa (38) warga Seringgu, Ferdi Tjoa (24) warga Seringgu, Roby Rahel (39) warga Bambu Pemali, Jhon Kaize (41) warga Lampu Satu, Vikar (17) warga Seringgu, Marselinus Maya Gebze (17) warga Nasem, Andreas Mahuze (26) Warga Nasem, Yakobus Ngge Mahuze (25) warga Nasem dan Silvester Ku Basik Basik (27) warga Nasem Merauke.
 
Salah seorang korban, Antonius Kanis Basik Basik (26) warga Lampu Satu mengatakan mereka berangkat dari Pantai Lampu Satu Merauke pada Kamis (6/2) sekitar pukul 10.00 WIT, menggunakan satu speed boat bermesin ganda 40 PK dengan tujuan ke Kadawa Papua Neuw Guinea (PNG).

“Kami ke sana tujuannya mau beli teripang dan gelembung ikan di Kadawa, PNG. Kami punya bos Koko Alex,” terang Antonius Basik-Basik kepada Bintang Papua, Sabtu (8/2) malam. 

Dilanjutkan, speed boat tiba di Pos TNI AL Torasi sekitar pukul 13.00 WIT. Personil Posal Torasi lakukan pengecekan dokumen serta barang bawaan dan selanjutnya diijinkan untuk melintas.

Sekitar pukul 16.00 WIT, ketika speed boat warga Merauke melintas di perairan laut Karu PNG, mereka melihat tiga speed boad dari arah yang berlawanan. Dan setelah mendekat diketahui speed boat dari lawan tersebut adalah tentara PNG.
“Kami lihat 3 speed boat dari depan, kami balik arah mau kembali ke Torasi, karena takut. Tapi salah satu mesin kami mati, jadi speed boad tentara PNG dapat kami. Mereka bawa kami ke rip, mereka periksa kami dan disuruh turun dan berlutut,” kisahnya.

Ke-10 warga Merauke itu digiring ke ‘rip’ atau karang/daratan di tengah laut. Ke-10 warga itu diperintahkan untuk berlutut di atas rip, sambil tentara PNG menodongkan senjata. 

Usai diperiksa, menurut Antonius, tentara PNG yang menggunakan 3 unit speed boad melakukan tindakan perampasan uang Kina (PNG) 160.000 atau sekitar Rp720 ribu, rokok 1 karton (bal) dan BBM 2 jerigen milik mereka. 

“Abis mereka ambil, saya coba minta kembali jerigen, tapi mereka maki. Kemudian mereka baku bicara, kemudian 1 tentara turun, langsung dia buka-buka dua jerigen, dia tuang dalam speed itu, langsung dia bakar dalam speed itu. Ada empat mesin, dua mesin tinggal dalam speed, semuanya 40 PK,” akunya.

Usai melaksanakan aksi pembakaran tersebut, ketiga speed boad tentara PNG pergi meninggalkan korban menuju arah muara sungai Torasi tanpa memperdulikan keselamatan warga Merauke.

“Kami usaha siram, tapi tidak bisa. Akhirnya kami hanya berdiri di atas rip. Roby sudah berenang duluan menuju darat dan kemudian kami juga ikut berenang, tapi sudah tidak lihat Roby lagi,” tuturnya.

Sepeninggal tentara PNG, seluruh penumpang speed boad berusaha berenang ke pantai namun hanya 5 orang, yakni Antonius Basik Basik, Yakobus Mahuze, Andreas Mahuze, Silvester Basik Basik dan Maya Gebze yang berhasil tiba di pantai Karu PNG sekitar pukul 20.00 WIT.

“Arus juga sudah kencang, dari rip ke bibir pantai sekitar 5 KM, setelah rip Karu tidak ada rip lagi, jadi kami usaha berenang saja. Koko Alex, Ferdi, Verdy dan Kaka John tidak tahu berenang, jadi kasih spiker (bodi salon) ke mereka, lalu saya, Yakobus dan Silvester dorong mereka dari belakang,” ceritanya.

Sambung Antonius Basik Basik, karena kelelahan, mereka tidak dapat lagi membantu teman-temannya yang tidak bisa berenang itu. Dia terpaksa meninggalkan rombongan yang lagi berenang itu, kemudian disusul oleh Yakobus dan Silvester.
Usai melapor di Posal Torasi pada pukul 10 malam, pada Jumat, (7/2), sekitar pukul 08.00 WIT, Antonius Basik Basik dan Yakobus Mahuze berangkat menuju Lampu Satu Merauke dari Posal Torasi dengan menumpang speedboat milik warga lain. Mereka mengambil speedboat cadangan dan kembali ke Torasi bersama keluarganya guna menjemput 3 orang temannya yang masih di Posal Torasi, sekaligus melaksanakan pencarian terhadap lima orang yang belum ditemukan.
“Waktu itu, kami tidak baku lihat lagi, sudah gelap, kami juga tidak tahu berapa orang yang selamat sampai darat. Kami juga tidak tahu siapa yang duluan sampai darat. Kami terpisah semua, nanti sudah di darat baru kami baku panggil. Kami baru tahu kami hanya 5 orang. Itu sekitar jam 8 malam, sampai di Pos Torasi jam 10 dan melapor,” terangnya.

Sementara korban lainnya, Yakobus Ngge Mahuze menuturkan, tentara PNG yang menggunakan 3 speed boat itu kurang lebih 12 orang, 10 pria dan 2 wanita. 10 Pria membawa senjata, sedangkan dua wanita tidak membawa senjata.

“Kalau yang dorang ambil, rokok 1 karton rokok surya, terus uang Kina 160.000 dan minyak dua gen. Mereka kasih pindah ke speed mereka. Mereka bawa senjata, 10 orang itu pakai senjata semua. Dari laut kalau kami berenang sampai darat sekitar 3 jam, jam 8 malam sampai pantai,” kisahnya.

Menurut dia, mereka sudah biasa masuk ke daerah itu dan tidak bertemu patroli tentara PNG, tetapi Kamis sore kemarin, mereka cukup sial sehingga ketemu dengan patroli tentara PNG.

“Kami tidak terkandas, mesin satunya mati. Kami bawa muatan juga lumayan berat jadi, kami bawa BBM 3 drum, dan jerigen 30 liter itu ada 20 jerigen semua, barang yang lain campuran beras, tepung, itu kami punya persediaan untuk disana, biasanya kami disana seminggu,” tandasnya.

Hingga berita ini diturunkan, korban Alexander Tjoa, Ferdi Tjoa, Roby Rahel, Jhon Kaize dan Vikar belum diketahui keberadaannya. Dan informasi yang dihimpun wartawan, anggota Posal Torasi yang melaksanakan pengawasan di Tower, sekitar 8 kilometer sudah melihat 3 speed boad PNG menuju ke arah muara sungai Torasi dan juga melihat kepulan asap hitam yang diduga terbakarnya speed boat milik masyarakat Merauke.

Saat dikonfirmasi ke Kabid Humas Polda Papua, Kones (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono, S.IK., melalui telepon selulernya membenarkan hilangnya lima orang nelayan Merauke di Perairan Perbatasan RI-PNG tersebut. 

“Betul, ada informasi dari masyarakat yang saya  terima bahwa nelayan asal Kabupaten Merauke ditangkap oleh tentara di Perbatasan Merauke, kemudian kapalnya dibakar dan orangnya disuruh berenang dan dari 10 nelayan, 5 orang hilang kemungkinan mereka tenggelam,”  ungkapnya. Minggu (9/2) kemarin. 

Pudjo menegaskan, pihak kepolisian akan terus melakukan pendalaman apakah nelayan tersebut telah memasuki wilayah PNG atau tidak, termasuk informasi kebenaran apakah perahu mereka dibakar tentara PNG dan kemudian dipaksa berenang.


Terkait peristiwa ini, Pudjo juga menyatakan akan menyampaikan ke Kedutaan Indonesia di Port Moresby untuk meminta pertanggung jawaban atas peristiwa tersebut. Disamping itu, pihak kepolisian bersama dengan TNI dan Kedutaan Indonesia juga akan menurunkan tim pencari fakta terkait peristiwa tersebut. 
“Kami sudah punya skema yang sudah disepakati dalam joint border meeting antara PNG dan Indonesia. Dimana, salah satu pasal adalah mengenai pelintas batas dan pelanggarannya, namun apakah tindakan aparat keamanan di pihak masing masing telah sesuai prosedur atau tidak nanti akan kita sampaikan segera di border meeting,” ujarnya.

TNI-Polri Berhasil Gagalkan Pergerakan OPM di Mulia

Aksi kelompok TPN/OPM yang ingin melakukan penembakan terhadap aparat TNI/ Polri, dan masyarakat sipil serta pesawat pengangkut logistik di Bandara Mulia, Kabupaten Puncak Jaya dengan posisi berada pada ketinggian, dari arah pintu angin, tepatnya di Kampung Dongobaga Kurilik berhasil digagalkan aparat TNI dan Polri, Sabtu (8/2)  siang sekitar pukul 11.30 WIT.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua, Kombes (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono, S.Ik., mengungkapkan, awalnya mendapat informasi dari masyarakat bahwa, Kelompok Kriminal Bersenjata tiba-tiba muncul di atas ketinggian arah pintu Bandara Mulia, tepatnya di Kampung Dondobaga Kurilik bersebelahan dengan Kampung Muara Mulia, yang rencanana akan melakukan aksi penembakan ke arah Bandara.

Dari informasi itu, tim gabungan TNI/Polri dengan jumlah pasukan sebanyak 60 personil dengan delapan mobil, yang dipimpin langsung Kapolres Puncak Jaya, AKBP Marselis dan Kasdim langsung menuju ke lokasi kejadian untuk menangkap dan menggagalkan aksi mereka. 

Setibanya di ujung Kampung Dondobaga, kelompok tersebut langsung melakukan penembakan dan aparat pun melakukan pembalasan, namun mereka sempat melarikan diri. Meski melarikan diri, aparat TNI/Polri  terus melakukan pengejaran hingga sampai di ketinggian tempat keberdaaan kelompok KKB tersebut.
“Kontak senjata sempat terjadi kurang lebih satu jam dan kelompok mereka tidak berhasil ditangkap karena mereka melarikan diri, sementara korban jiwa dari Tim gabungan TNI/Polri tidak ada,” kata Pudjo, Sabtu (8/2) pekan kemarin melalui telephone selulernya. 

Meski tidak berhasil menangkap salah satu kelompok kriminal bersenjata itu, Pudjo menegaskan, aparat keamanan terus melakukan pengamanan agar aktifitas masyarakat Kabupaten di Puncak Jaya terus berjalan tanpa ada gangguan-gangguan dari kelompok tersebut.

Pudjo mengemukakan, tujuan keberadaan KKB di atas ketinggian arah pintu angin Bandara Mulia, Kabupaten Puncak tersebut untuk jalur transportasi yang keluar masuk pesawat pengangkut logistik. Sebab, ketika jalur transporasi udara maupun transportasi darat terus diganggu, maka akan berdampak pada mahalnya harga bahan pokok.

Ditegaskan, setiap teror dan aksi yang dilakukan oleh KKB membuat para Sopir kendaraan  yang mengangkut bahan makanan pokok dari Wamena ke Kabupaten Puncak Jaya merasa ketakutan, sehingga satu-satunya jalur pengangkut logistik maupun bahanan makanan ke Puncak Jaya hanya menggunakan pesawat.
“Itu yang saya sampaikan merupakan teror secara  ekonomi kepada masyarakat  di Kota Mulia atau di desa-desa di Puncak Jaya tidak gampang lagi mendapatkan kebutuhan pokok,” tukasnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, TNI dan Polri wajib melindungi hak hidup bagi seluruh masyarakat Kabupaten Puncak Jaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, sehingga setiap ada gangguan terhadap keamanan oleh KKB akan di respon dengan upaya penegakan hukum untuk menangkap para pelakunya. 

Namun tanpa bantuan dari masyarakat, aparat TNI/Polri untuk mencegah pergerakan maupun penangkapan terhadap para pelaku tidak akan bisa terjadi. “Oleh karena itu, kami berharap ada bantuan masyarakat untuk membantu memberikan informasi kepada aparat keamanan yang bertugas di daerah tersebut,” harapnya 
Sementara itu, pasca terjadinya penembakan dari KKB hingga masyarakat dari Kampung Kurilik mengungsi ke Kota Mulia, mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya dengan menyerahkan bantuan beras sebanyak 500 kg dan uang tunai sebesar Rp200 juta.


“Bantuan yang kami serahkan dari Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya ini untuk meringankan beban masyarakat, karena harga sembako pasca terjadi penembakan baru-baru sangat tinggi,” ungkap Kabag Humas Kabupaten Puncak Jaya, Akbar Fitrianto saat dihubungi Bintang Papua, Minggu (9/2) kemarin.

TNI-Polri Kompak di Papua

Sejumlah posisi jabatan di jajaran Polda Papua, kembali diserah terimakan.   Upacara serah terima jabatan dipimpin langsung Kapolda Papua, Irjen (Pol) Drs. M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D.,  Jumat (8/2) pekan kemarin. 

Serah terima jabatan tersebut diantaranya, Kasat  Brimob Polda Papua dari Kombes (Pol) Godhelp Cornelis Mansnembra digantikan oleh AKBP. Matius D Fakhiri. Kemudian, Kapolres Jayapura dari AKBP Rocycke Harry Langie, S.Ik., digantikan AKBP Sondang R D Siagian., Kapolres Sorong dari AKBP E Zulpan, S.Ik., digantikan oleh AKBP Muh Anwar Nasir., dan Kapolres Kepulauan Yapen dari AKBP Muh Anwar Nasir digantikan oleh AKBP Gatot Suprasetya.

Kapolda Papua dalam amanatnya mengungkapkan bahwa serah terima jabatan di wilayah Polda Papua merupakan biasa dalam institusi Polri guna memberikan penyegaran jabatan serta pejabat lama dapat meningkatkan karirnya sebagai anggota Polri.

Dalam serah terima jabatan mulai dari Kasat Brimob Polda Papua yang kini dipimpin oleh AKBP Matius D Fakhiri. Di mana, Sat Brimob Polda Papua ini merupakan Saker terbesar dengan jumlah hampir 2.000 anggota yang tersebar di seluruh Papua dan juga merupakan bantuan pengukur Polda Papua, sehingga kedepan harus ditingkatkan.

Namun secara khusus, kepada Kapolres Jayapura Roycke Harry Langie, S.Ik., M.H., yang merupakan rusuk dari Kota Jayapura punya peran sangat penting dan kinerjanya yang selama ini telah memberikan yang terbaik. “Saya merasa bangga karena Kabupaten Jayapura sudah aman selama kepemimpinan pak Roycke sehingga saya menyampaikan selamat yang di promosikan sebagai Wadir Reskrim Umum di Polda Metro Jaya. Ini merupakan jabatan yang sangat strategis dan diharapkan bisa terus ditingkatkan,” harapnya.
 
Usai serah terima jabatan tersebut, menjadi kenangan manis bagi AKBP Roycke Harry Langie yang selama ini menjabat sebagai Kapolres Jayapura. Di mana, usai sertijab tersebut, Ia di sambut dan dibopong puluhan anggota TNI dari kesatuan Yonif 751/Raider. 

Mereka bersama ratusan anggota Polres Jayapura membopong serta mengarak mantan Kapolres Jayapura sambil membawa bendera merah putih dari arah gedung utama Mapolda Papua menuju ke arah keluar jalan Raya dengan diiringi sorakan dan yel yel pemberi semangat. Penyambutan ini spontan terjadi tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga patut dicontoh bagi para Kapolres lainnya.

Perarakan ini juga merupakan wujud hubungan baik dan kekompakan antara TNI-Polri  dalam menjaga kedaulatan dan keamanan di NKRI. Pasalnya, selama kepemimpinan AKBP Rocyke Harry Langie di Polres Jayapura, TNI-Polri dapat bersatu dan saling menjaga persaudaraan yang begitu dekat dan erat di wilayah hukum Polres Jayapura.


Tidak hanya itu, Pemerintah Daerah serta masyarakat Kabupaten Jayapura merasa bangga karena situasi Kabupaten Jayapura selama kepemimpinannya dapat terjaga dengan baik tanpa ada gangguan.

Kamis, 06 Februari 2014

Apa OPM Jenuh Perjuangkan Ideologinya?

Banyaknya kasus perampokan serta penculikan dengan pemerkosaan dan pemerasan terhadap keluarga korban. Pembakaran juga terjadi terhadap perusahaan yang menolak dimintai uang, hal ini mengarah ke kriminal murni. Urusan perut mungkin salah satu masalah utama hingga hausnya kekuasaan dari masing-masing kelompok Gerakan Separatis Papua Bersenjata (GSP B) yang menamakan dirinya Organisasi Papua Merdeka (OPM) ini.

“Sekarang mereka tidak murni, banyak kelompok yang menculik belasan gadis diperkosa terus minta emas dari ayahnya, sering menembaki masyarakat, membakar perusahaan yang menolak dimintai uang. Oleh karena itu kami menyebutnya sebagai kelompok bersenjata bukan OPM,” Ungkap Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Sulistyo Pudjo Selasa 4 Januari di Hotel Diraja, Jakarta kemarin.


Hal ini berbanding terbalik dengan awal perjuangan mereka yang menyerukan ideologi kemerdekaan untuk Papua. Ada banyak faktor yang membuat tren beralihnya perjuangan ideologi ke kriminal. Ketidakadanya kesejahteraan bagi pejuang OPM sebagai salah satu faktor. Pucuk pimpinan mereka juga sudah memilih bergabung ke NKRI seperti yang dilakukan oleh Daniel Kogoya.
Mereka mulai sadar banyaknya pembangunan yang saat ini dilakukan di daerah Papua dan Papua Barat yang mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahteraan rakyat Papua meningkat. Pemekaran wilayah sehingga pertumbuhan pembangunan lebih merata meskipun menimbulkan peluang-peluang baru untuk para pejabat bisa melalukan korupsi.


Pemerintah setempat juga harus menyadari jangan hanya memikirkan perutnya sendiri dengan menggerogoti ABPD. Dengan status otsus pemerintah pusat sangat besar menggelontorkan dana untuk kesejahteraan masyarakat. Buat laporan yang transparan dan akuntabel sehingga masyarakat tidak menjadi korban.

OPM berfikir kembali kenapa mereka juga tidak mendapat hak kesejahteraan dimana yang menjadi pejabat di Papua juga sebagian besar orang asli Papua yang notabene teman mereka sebagai orang asli Papua. Tapi kenapa malah ingin memperkaya diri sendiri?

Sering bikin onar, OPM bukan gerakan ideologis tapi kriminal

Organisasi Papua Merdeka (OPM) seringkali dianggap sebagai orang-orang di balik penyerangan polisi dan warga di Papua. Namun sedikit demi sedikit gerakan ini berubah haluan.

Jika sebelumnya kekerasan yang mereka lakukan demi kemerdekaan Papua, kini telah berubah arah. Polisi bahkan memandang gerakan mereka sebagai gerakan kriminal, bukan lagi bermuatan ideologis.

"Sekarang mereka tidak murni, banyak kelompok yang menculik belasan gadis diperkosa terus minta emas dari ayahnya, sering menembaki masyarakat, membakar perusahaan yang menolak dimintai uang. Oleh karena itu kami menyebutnya sebagai kelompok bersenjata bukan OPM," jelas Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Sulistyo Pudjo. Selasa (4/2).

Selain itu, di Papua ada beberapa kelompok besar yang sering membuat ulah. Mereka ini punya daerah-daerah kekuasaan tersendiri.


Menjelang pemilu nanti, Polda Papua tetap mengikutsertakan masyarakat sebagai pembantu Polri dalam melakukan pengamanan. Apalagi dikhawatirkan jika para kelompok bersenjata ini memanfaatkan momen pemilu untuk kepentingannya.


"Kita melibatkan stakeholder pilkada TNI, KPI, Panwas, untuk mengamankan gerakan kelompok yang sekarang bergeser ke kriminal. 

Kapolda Akui Hanya 4 Kelompok Berjuang Merdeka

Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Polisi, Drs. M. Tito Karnavia M.A. P.hD., menyampaikan, kelompok terbesar di Papua untuk berjuang merdeka hanya terdiri dari empat kelompok.
Dikatakan, ke empat kelompok besar ini diantaranya, Pertama kelompok Goliat Tabuni yang memiliki jaringan Kabupaten Puncak yaitu Leka Telenggen, Militer Murib. Jaringan lainnya di Timika yaitu, Teni Kwalik, Ayun Yonker Mile 71 dan yang terbesar di Kali Kopi di bawah pimpinan Teni Kwalik yang selama ini  terus melakukan penembakan.

Kemudian lanjut Kapolda, kaki lainnya dari Goliat Tabuni adalah Paniai, yaitu Jon Yogi dan Yon yang kini mereka sudah meninggal karena penyakit HIV/AIDS sehingga sekarang perjuangan di Paniai Lemah. 

Kelompok kedua, adalah kelompok Purom Okimo Wenda di Kabupaten Puncak Jaya yang melakukan penembakan mobil ambulance dan jaringannya ada di Lanny Jaya, Tolikara. “Lanny Jaya dipimpim Eni Wanimbo yang menyerang polsek Pirime,” jelasnya.

Kemudian, kelompok ketiga adalah Hans Ricard Weni yang ada di Depapre yang mengklaim dirinya sebagai ketua WPNSL yang mendaftar ke MSG kemarin lalu dengan memiliki pasukan di antaranya, Tianus Satu, David Darko di Demta, Kosmos Makory yang ada di Mamberamo Raya, Rudi Makatory, Waropen  Decky Imbiri. Kemudian, kelompok adalah Lamber Pekikir yang  ada di Kabupaten Keerom.

Khusus untuk Goliat Tabuni yang sudah menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO), Kapolda mengemukakan, bahwa Goliat Tabuni yang berada di Tigi Neri, Kabupaten Puncak Jaya tidak serta merta untuk melakukan penangkapan atau operasi karena di daerah itu ada beberapa anggota masyarakat termasuk perempuan, dan anak-anak. 

“Sebetulnya kita bisa kesana tapi untuk melakukan operasi harus memerlukan legitimasi (Dukungan)  terutama para stakeholder seperti birokrat Gubernur, Bupati dan lain-lain,” kata Wakapolda Papua kepada wartawan usai gelar pasukan dalam rangka pengamanan pemilu 2014 yang berlangsung di lapangan SPN Jayapura, Selasa (4/2) pekan kemarin. 
Dikatakan, legitimiasi para stakeholder ini apakah mereka sepakat atau tidak, sebab jikalau melakukan operasi pasti ada resiko yaitu, korban akan sangat tinggi karena senjata ketemu senjata. “Mereka besenjata kita juga bersenjata dan di tengah-tengah itu masih ada beberapa anak-anak dan perempuan, ini yang kami tidak ingin ada korban.  Goliat Tabuni pun maunya tidak korban tapi kalau sudah ada kesepakatan pasti ada resiko baru kita akan melakukan operasi,” katanya

Lanjut Kapolda, upaya untuk melakukan pendekatan para kelompok yang berjuang merdeka ini hanya perlu legitimasi dari tokoh-tokoh di Papua. “Kami sebagai aparat keamanan tetap mengedapkan persuasif terutama tokoh-tokoh, yang mana sekarang ini tokoh-tokoh pimpinan dari Provinsi Papua yang berasal dari daerah Pegunungan, Ketua DPRP, Wakil Ketua DPRP, Ketua MRP dan tokoh lainnya untuk meminta mereka menyelesaikan dan kalau mereka menyatakan bahwa kami menyerah dan silahkan laksanakan penegakan hukum itu tidak masalah,” ungkapnya.
Pernyataan Gubernur bahwa mereka itu bukan meminta merdeka tapi merupakan kelompok kriminal, Kapolda mengakui bahwa kelompok senior-senior di Kabupaten Puncak Jaya maupun di daerah lainnya berjuang untuk merdeka seperti Goliat Tabuni.

Namun di bawah pimpinan dari Goliat Tabuni khususnya, hanya semacam fenomena eforia yang mana mereka memiliki senjata menyerang polisi akan mendapatkan simbol atau  status mereka meningkat, yang selanjutnya simbol ini digunakan untuk meminta uang kepada masyarakat.
Untuk itu, pihaknya mendorong kepada pimpinan yang berasal dari daerah Pegunungan seperti, mulai dari Gubernur, Ketua DPRP, Wakil Ketua DPRP, Ketua MRP. “Nah, pak ketua DPRP khususnya berencana akan naik ke atas termasuk kalangan tokoh-tokoh gereja untuk melakukan dialog dengan kelompok-kelompok itu, dengan prinsip dalam kerangka NKRI,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPR Papua, Deerd Tabuni, S.E., M.Si., menegaskan bahwa pihak aparat tidak perlu dilakukan penambahan pasukan di daerah pegunungan apalagi di momen pemilihan. “Kalau dilakukan operasi silahkan saja, tapi saya minta pemilu agar menjaga suasana dan tidak memancing masyarakat, dengan cara tidak melakukan penambahan pasukan,” pungkasnya kepada wartawan di ruang kerjanya. 

Pihaknya bersama Ketua MRP akan turun ke Puncak Jaya untuk melakukan pertemuan dengan orang berseberangan ini. “Komunikasi yang kami lakukan pertama adalah, Toga, Toda, Tokoh Pemuda, selanjutnya bagaimana bisa melakukan dialog dengan masyarakat yang berbeda pendapat tersebut,” katanya.

Dalam dialog yang dilakukan nanti, untuk membahas persoalan yang terjadi dengan cara memberikan pemahaman. “Pendekatan persuasif yang dilakukan oleh TNI dan polri sudah dilakukan dan sekarang kita dari pejabat daerah perlu juga komunikasi kepada mereka melalui gereja dan tokoh lainnya,” ujarnya.

Hanya saja, lanjut dia, perwakilan ke Puncak Jaya tidak secara langsung untuk melakukan dialog atau pertemuan dengan orang yang berbeda pendapat itu karena mereka memiliki senjata. “Hal itu kita harus melakukan cara untuk bisa ketemu dengan mereka sehingga daerah tersebut selalu aman dan kondusif,” ujarnya.


Namun jikalau mekanisme atau berbagai macam cara yang dilakukan untuk bertemu dengan kelompok yang berbeda pendapat ini, tentu harus ada mekanisme yang jelas jika polisi melakukan tindakan. “Negara ini punya Negara hukum dan tidak boleh sembarang melakukan penangkapan”
“Saya minta secara tegas tidak boleh dilakukan penangkapan dengan tidak terhormat karena Papua berbeda dengan daerah Jawa. Tangkap harus proses hukum sehingga Negara ini benar-benar ada hukum yang adil,” pungkasnya

Senin, 03 Februari 2014

10 OPM Masih Ditahan

JAYAPURA – Kelompok OPM yang berhasil disergap oleh aparat TNI-Polri dalam kontak senjata di Kampung Sasawa Kabupaten Kepulauan Yapen diketahui dibawah pimpinan Fernando Worabay, yang disebut sebagai Panglima TPN/OPM wilayah Yapen Bagian Barat.

Sebagaimana diberitakan bahwa 11 OPM berhasil diamankan dalam kontak senjata oleh TNI dan Polri di Kampung Sasawa, Kabupaten Kepulauan Yapen tersebut, namun yang sebenarnya 10 orang dan 1 OPM yang meninggal dalam kontak senjata antara Kelompok OPM dan aparat TNI-Polri.
Dandim 1709/Yapen Waropen, Letkol Inf. Dedi Iswanto saat dihubungi  melalui telepon selulernya, Senin (3/2) kemarin mengungkapkan  bahwa penyergapan yang dilakukan di Kampung Sasawa tersebut karena, tempat telah dijadikan markas dan latihan kemiliteran yang dipimpin langsung oleh Fernando Worabay.

“Mereka itu ada sekitar 500 orang dibawah kelompok Fernando Worabay yang disebut sebagai Panglima TPN OPM di wilayah Yapen Bagian Barat, dan kebetulan Kampung Sasawa tersebut tempat tinggal Fernando sehingga dijadikan markas dan latihan militer serta mereka selalu mengintimidasi pemuda masyarakat setempat untuk harus ikut mereka,” tukasnya.

Namun setelah mendapat informasi bahwa mereka telah melakukan konfrensi tingkat tinggi dengan melibatkan 500 orang termasuk wilayah Yapen umumnya, maka saat itupula langsung melakukan penyergapan bersama anggota Polres Kepulauan Yapen.

“Saat dilakukan kontak senjata, 50 orang tersebut langsung lari kehutan secara terpisah, sementara Fernando dengan menggunakan baju loreng baret merah bersama anak buahnya lari dengan menggunakan speed boat menuju Kepulauan Yapen,” ungkapnya.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Pudjo Sulistyo Hartono, S.Ik., saat dihubungi Bintang Papua, mengatakan, 10 yang berhasil diamanakn tersebut, masih diamankan di Mapolres Kepulauan Yapen untuk terus melakukan pemeriksaan secara mendalam oleh Penyidik Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Kepulauan Kepulauan Yapen.

Meski dilakukan pemeriksaan terhadap ke sebelas anggota OPM yang berhasil diamankan itu, aparat kepolisian maupun TNI masih terus melakukan pengamanan di daerah yang diduga merupakan tempat Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) pada, Sabtu (1/2) kemarin lalu.

“Yang jelas secara umum situasi dan kondisi di Kabupaten Kepulauan Yapen sudah kondusif dan aktivitas masyarakat baik di Kota maupun di kampung-kampung berjalan seperti biasanya,” kata Pudjo melalui pesan singkatnya, Senin (3/2) kemarin.

Pudjo kembali menyampaikan, bahwa dari 10 orang kelompok Kriminal Bersenjata itu, masih diamankan di Mapolres Serui guna dilakukan pemeriksaan, sedangkan alasan mereka melakukan pertemuan di Kampung Sasawa tersebut belum bisa dipastikan karena mereka masih dalam tahap pendalaman oleh Penyidik Reskrim Polres Kepulauan Yapen.

Disinggung kepastian mereka kelompok mana? Pudjo berpangkat bunga tiga ini, juga pihaknya belum bisa memastikan mereka dari kelompok mana. “Masih awal sekali kalau kita mengambil keputusan mereka dari kelompok mana, yang jelas mereka masih didalami dan kalau ada hasilnya kita pasti akan kasih tahu kepada rekan-rekan,”

Minggu, 02 Februari 2014

Kapendam Bantah Aparat Pukul Jemaat Gereja di Puncak Jaya

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Lismer Lumban Siantar membantah kabar yang menyebutkan aparat telah menganiaya warga Puncak Jaya. 

"Tidak benar ada jemaat gereja yang dipaksa jalan jongkok keluar dari gereja," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (28/1).

Kapendam menjelaskan bahwa aparat gabungan TNI/Polri memang melakukan penangkapan terhadap anggota TPN-OPM atas nama Oki Talenggeng. "Kelompok TPN-OPM tersebut berlari kabur setelah melakukan penembakan terhadap aparat TNI/Polri, ada yang melarikan ke ketinggian dan untuk Oki Talenggeng, yang diperkirakan membawa senjata bersembunyi di dalam gereja," urai Kapendam.
Pihak keamanan kemudian mengepung gereja dan menunggu sampai kegiatan agama selesai. 

Setelah kegiatan agama selesai, Waka Polres Puncak Jaya Kompol Yohanes Hadud memberikan pengarahan kepada jemaat bahwa ada orang bersenjata bersenjata masuk ke dalam gereja bersembunyi. "Setelah diadakan pemeriksaan ada satu orang yang dicurigai dan sembunyi di dalam gereja," tandasnya.

Setelah dilakukan penangkapan, aparat TNI-POLRI membawa anggota TPN OPM tersebut ke depan atau di hadapan masyarakat, kemudian menanyakan kepada penduduk kampung apakah kenal dengan orang yang ditangkap dan tidak ada satu orangpun yang kenal.

"Tawanan yang ditangkap tersebut ketahuan ketika akan mengganti baju yang basah dan tidak menggunakan pakaian yang sopan untuk beribadah," tegasnya.

Kapendam juga menambahkan bahwa, ikut dalam kegiatan penangkapan tersebut Kepala Kampung Dondobaga Lasarus Wanimbo dan Gembala Gereja Dondobaga.
Sebelumnya, aparat keamanan diduga melakukan kekerasan dan menganiaya sejumlah warga di Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

Seorang warga Puncak Jaya melalui pesan singkat yang enggan disebutkan namanya, mengatakan, dirinya bersama dengan beberapa warga lainnya dipaksa keluar dari gereja, lalu merayap di tanah dan bahkan ada yang sempat dipukul.

"Hari Minggu (26/1) Jemaat Dondobaga masuk gereja untuk ibadah, semuanya dikasih keluar dari gereja, lalu semua jemaat dapat pukul dan disuruh merayap oleh anggota TNI," jelasnya.


Ia juga mengatakan bahwa ada dua warga masyarakat yang ikut ditangkap. Dimana akibat kejadian ini jemaat di Kulirik dan Dondobaga mengungsi ke wilayah Karubate.

11 OPM Diamankan, 2 Aparat dan Satu Warga Sipil Luka Tembak

JAYAPURA –Aksi baku tembak antara kelompok bersenjata yang diduga keras TPN/OPM dengan aparat keamanan gabungan TNI-Polri, terjadi di daerah Sasawa Kabupaten Yapen Papua, Sabtu 1 Febuari sekitar pukul 10.30 WIT. Satu anggota kelompok bersenjata tewas, sedangkan dua aparat keamanan tertembak. 

Selain menewaskan satu anggota OPM, aparat juga berhasil mengamankan barang bukti milik Yohasua, berupa senjata rakitan laras panjangan yang digunakan melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan, serta berhasil mengamankan sebanyak 11 orang TPN-OPM lainnya yang saat itu melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan. 

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua, Kombes (Pol) Pudjo Sulistyo Hartono, S.Ik., saat dikonfirmasi Bintang Papua, membenarkan telah terjadi kontak senjata antara TNI-Polri dan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tersebut. 

Dijelaskan, terjadinya kontak senjata oleh aparat TNI-Polri dan kelompok Kriminal Bersenjata tersebut karena mendapat informasi bahwa KKB melakukan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) di kawasan Sasawa Kepulauan Yapen, yang diduga dibawah pimpinan Fernando Warobai.

“Atas informasi itu, aparat keamanan yang dipimpin langsung Kapolres dan Dandim langsung menuju ke lokasi dengan menggunakan darat dan laut  lalu tiba-tiba di berondong  dengan senjata,” jelasnya pekan kemarin. 

Dari kontak senjata yang berlangsung selama beberapa menit itu, anggota polri bernama Briptu Robert salah satu anggota Pol Air Polres Yapen mengalami luka tembak di bagian lutut dan Praka Hashim salah satu anggota Kodim Yapen mengalami luka serpihan rekoset di bagian punggung, dan Marlon Bonay salah satu warga sipil yang bertugas sebagai Motoris mengalami luka tembak di bagian pinggang.

“Dari kontak senjata itu juga, aparat keamanan berhasil menewaskan satu dari kelompok mereka bernama, Yohasua Arampay (38), yang selanjutnya aparat keamanan berhasil menguasai lokasi kejadian sehingga langsung melakukan penyisiran di lokasi tersebut,” paparnya.

Usai menguasai lokasi kejadian, aparat keamanan berhasil mengamankan sebanyak 11 orang Kelompok Kriminal Bersenjata tersebut dan berhasil menyita barang bukti berupa, , senjata api rakit sebanyak 13 buah, senjata laras panjang sebanyak 11 buah,  dua pucuk senjata laras pendek, dua buah sangkur, dua buah bom Dopis, dua buah Busur, 20 anak Panah, satu Tombak, satu buah Hanphone, sejumlah pakaian loreng, dua bua bendera Bintang Kejora, sejumlah Bama dan obat-obatan lainnya. 
Pudjo menandaskan, situasi paska terjadi penembakan tersebut situasi dan kondisi di daerah Kepulauan Yapen mulai kondusif, dan aktifitas masyarakat berjalan lancar, namun aparat keamanan terus melakukan pengamanan untuk menghindari adanya balasan dari kelompok mereka.

“Situasi sekarang aman saja, sementara kesebelas orang yang sudah diamankan kini masih dalam pemeriksaan oleh penyidik Reskrim Polres Kepulauan Yapen, dan kemungkinan mereka akan dibawa ke Mapolda Papua untuk diperiksa lebih lanjut,” pungkasnya.
Sementara itu, dalam pres release dari Pendam XVII/Cenderawasih  yang di diterima Bintang Papua, Minggu (2/2) kemarin menyebutkan,  patroli gabungan TNI-Polri berhasil menggagalkan kegiatan latihan militer KKB di wilayah Yapen Barat Kabupaten Kepulauan Yapen dibawah pimpinan Fernando Warobai di Kampung Sasawa Distrik Kosiwo Kabupaten kepulauan Yapen tersebut.

Setelah mendapat informasi bahwa di kampung Sasawa Distrik Yapen Barat telah berlangsung latihan militer yang dilakukan oleh kelompok KKB wilayah Yapen Barat, maka aparat gabungan TNI-Polri bergegas melaksanakan patroli gabungan untuk melakukan penyergapan, yang dipimpin langsung oleh Dandim 1709/YW Letkol Inf Dedi Iswanto dan Kapolres Kepulauan Yapen AKBP Anwar Narsim. 
Setibanya di perbatasan Kampung Mariarotu dan Kampung Kanawa tepatnya, di sungai Semboi Tim Patroli gabungan TNI-Polri mendapat gangguan tembakan dan selanjutnya terjadi kontak tembak yang menyebabkan kelompok KKB mundur kearah Pantai. 

Setelah keadaan dapat dikuasai oleh Tim Patroli gabungan TNI-POLRI selanjutnya Patroli gabungan melakukan penyisiran dan berhasil menemukan Gapura bertuliskan “Anda memasuki Zona Merah” serta satu buah bendera Bintang Kejora. 
Selanjutnya, tim gabungan melakukan penyisiran di tepi pantai dengan menggunakan Speed boat lalu tiba-tiba mendapat gangguan tembakan kembali dari kelompok KKB dan terjadi kontak tembak yang mengakibatkan Praka Nur Hasim anggota Kodim 1709/YW luka ringan (lecet/goresan dipinggang kanan bagian belakang) dan Briptu Robert Anggota Polres Yapen luka tembak di paha kanan luar serta satu orang masyarakat, sopir Speed Boat luka lecet. 

Ketika menguasai lokasi kejadian, aparat mendapat 1 orang anggota KKB tewas di tempat atas nama Yohasua Arampayai serta senjata rakitan Laras Panjang 15 Pucuk, Pistol rakitan 3 Pucuk beserta puluhan amunisi senjata, bendera Bintang Kejora 2 lembar, pakaian Loreng 22 buah, Dokumen kegiatan Konsolidasi, Struktur TNP/B dan Konferensi I standarisasi Pertahanan Nasional serta  10 (sepuluh) orang anggota KKB ditangkap dan diamankan di Polres Kepulauan Yapen untuk menjalani pemeriksaan.

 

PATROLI GABUNGAN TNI-POLRI GAGALKAN LATIHAN MILITER GSP/B DAN AMANKAN 18 PUCUK SENJATA

Patroli gabungan TNI-POLRI berhasil menggagalkan kegiatan latihan militer GSP/B di wilayah Yapen Barat Kabupaten kepulauan Yapen pimpinan Fernando Warobai pada 01 Februari 2014 di kampung Sasawa Distrik Kosiwo Kabupaten kepulauan Yapen.
Setelah mendapat informasi bahwa di kampung Sasawa Distrik Yapen Barat telah berlangsung latihan militer yang dilakukan oleh kelompok GSP/B wilayah Yapen Barat maka aparat gabungan TNI-POLRI melaksanakan patroli gabungan untuk melakukan penyergapan. Patroli gabungan dipimpin langsung oleh Dandim 1709/YW Letkol Inf Dedi Iswanto dan Kapolres Kepulauan Yapen AKBP Anwar Narsim.
Setelah tiba di perbatasan Kp Mariarotu dan Kp Kanawa tepatnya di sungai Semboi Tim Patroli gabungan TNI-POLRI mendapat gangguan tembakan dan selanjutnya terjadi kontak tembak yang menyebabkan kelompok GSP/B mundur ke arah Pantai. Setelah keadaan dapat dikuasai oleh Tim Patroli gabungan TNI-POLRI selanjutnya Patroli gabungan melakukan penyisiran dan ditemukan Gapura bertuliskan “ Anda memasuki Zona Merah “, serta satu buah bendera Bintang Kejora. Setelah sampai di kawasan KP Sasawa melakukan penyisiran di tepi pantai dengan menggunakan Speed boat tiba-tiba mendapat gangguan tembakan kembali dari kelompok GSP/B dan terjadi kontak tembak yang mengakibatkan Praka Nur Hasim anggota Kodim 1709/YW luka ringan (lecet/goresan dipinggang kanan bagian belakang) dan Aipda Robert anggota Polres Yapen luka tembak dipaha kanan luar serta satu orang masyarakat sopir Speed Boat luka lecet. Setelah kontak tembak kelompok GSP/B melarikan diri selanjutnya Tim Patroli gabungan TNI-POLRI melaksanakan pembersihan. Dari hasil pembersihan Patroli gabungan TNI-POLRI didapatkan hasil 1 Orang anggota GSP/B tewas ditempat atas nama Yohasua Arampayai serta senjata rakitan Laras Panjang 15 Pucuk, Pistol rakitan 3 Pucuk beserta puluhan munisi senjata, bendera Bintang Kejora 2 lembar, pakaian Loreng 22 buah, Dukumen kegiatan Konsolidasi, Struktur TNP/B dan Konferensi I standarisasi Pertahanan Nasional serta  10 (sepuluh) orang anggota GSP/B ditangkap dan diamankan dibawa ke Polres Kepulauan Yapen untuk menjalani pemeriksaan.

Selanjutnya korban yang terkena luka ringan akibat tembakan dirawat di KSA Kodim 1709/YW dan sampai saat ini kondisinya baik sedangkan korban tewas dari kelompok GSP/B di evakuasi menuju RSUD Kabupaten Serui.

ANGGOTA TPN OPM DITANGKAP APARAT DI KP. DONDOBAGA SETELAH MELAKUKAN PENEMBAKAN TERHADAP APARAT TNI – POLRI

Aparat keamanan gabungan TNI – Polri melakukan penangkapan terhadap anggota TPN – OPM ATAS NAMA Oki Talenggeng dari kelompok Yambi Distrik Mulia pada Minggu 26 Januari 2014 di daerah Kp. Dondobaga Distrik Mulia Puncak Jaya. Kelompok TPN OPM tersebut berlari kabur setelah melakukan penembakan terhadap aparat TNI – Polri, ada yang melarikan ke ketinggian dan untuk Oki Talenggeng salah satu anggota TPN OPM berlari masuk ke dalam yang diperkirakan membawa senjata dan bersembunyi didalam gereja. Kemudian pihak keamanan gabungan TNI- Polri mengepung gereja dan menunggu sampai kegiatan agama selesai.
Setelah kegiatan agama selesai jemaat keluar dan dilakukan pemeriksaan yang dipimpin oleh Waka Polres  Puncak Jaya Kompol Yohanes Hadud dan diberikan pengarahan kepada  jemaat bahwa ada orang  bersenjata masuk ke dalam gereja bersembunyi. Setelah diadakan pemeriksaan ada satu orang yang dicurigai dan sembunyi didalam gereja. Setelah dilakukan penangkapan, aparat TNI-POLRI membawa anggota    TPN OPM tersebut kedepan atau dihadapan masyarakat, kemudian menanyakan kepada penduduk kampung apakah kenal dengan orang yang ditangkap dan tidak ada satu orangpun yang kenal.

Tawanan yang ditangkap tersebut ketahuan ketika akan mengganti baju yang basah dan tidak menggunakan pakaian yang sopan untuk beribadah. Ikut dalam kegiatan penangkapan tersebut Kepala Kampung Dondobaga Bapak Lasarus Wanimbo dan Gembala Gereja Dondobaga. Setelah yakin bahwa orang yang ditangkap tersebut orang yang lari masuk ke Gereja beberapa saat tadi yaitu anggota TPN OPM, maka anggota TPN OPM tersebut dibawa oleh aparat keamanan. Setelah selesai Wakapolres memberikan pengarahan dan ucapan terima kasih kepada penduduk dan jemaat Gereja serta menjelaskan kepada jemaat Gereja bahwa tidak benar ada jemaat Gereja yang dipaksa jalan jongkok keluar dari Gereja. Selanjutnya tawanan dibawa ke Mapolres Puncak Jaya untuk dimintai keterangan.

Entri Populer