Rabu, 10 Desember 2014

Damai Natal Di Wilayah Kabupaten Puncak, Papua Tercemar Ulah KKB




Ulah biadab Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang menewaskan Dua aparat keamanan dari satuan Brigadir Mobil (Brimob) Detesemen A Polda Papua, Aipda Thomson Siahaan dan Bripda Everson di wilayah Kabupaten Puncak, Papua pada hari Rabu, tanggal 03 Desember 2014 pagi sekitar pukul 09.00 WIT mendapat kecaman dari semua elemen masyarakat di Tanah Papua.

Kedua anggota Brimob yang ditugaskan membantu Polsek Ilaga, ditembak saat membantu mengantar dan mengangkat kursi untuk perayaan natal ke Gereja GKI Klasis Ibu Kota Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya, tepat di depan Kantor Bupati Puncak. Awalnya kedua korban sedang membantu kegiatan gereja dengan mengangkat kursi-kursi dan tenda di gereja GKII. Saat menurunkan tenda di depan pintu gereja GKII, Ilaga Kabupaten Puncak, tiba-tiba datang sekelompok KKB dengang menggunakan senjata api langsung menembaki kedua korban hingga meninggal di tempat. Korban Aipda Thomson Siahaan tewas akibat terkena tembak di bagian kaki dan dada, sedangkan korban Bripda Everson terkena dibagian pelipis.

Dewan Perwakilan Rakyat Papua Yunus Wonda mengutuk keras penembakan yang menewaskan dua anggota Brigadir Mobil (Brimob). Kami mengutuk tindakan yang dilakukan kelompok bersenjata di Kabupaten Puncak Jaya, karena mereka tidak punya hak mengambil nyawa manusia. Hanya Tuhan yang bisa mengambil nyawa manusia. Yunus mengungkap, bukan lagi waktunya untuk melakukan kekerasan atau pertumpahan darah karena itu tidak akan menyelesaikan masalah Papua. Justru peristiwa penembakan di sana akan berimbas kepada rakyat. Mereka justru ketakutan, perekonomian mereka tidak bisa jalan karena dibawah ancaman dari kelompok yang berseberangan itu. Kendati demikian, pihaknya turut berduka cita atas meninggalnya dua anggota Brimob yang ditembak oleh kelompok berbeda paham itu. Kejadian ini, masyarakat sekarang sudah ketakutan. Kasian masyarakat terganggu dalam aktivitas sehari-hari.

Tindakan tersebut juga terus mendapat kecaman. Kali ini, giliran Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua Pdt. Alberth Yoku menyesalkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok berseberangan dengan pemerintah sehingga menyebabkan dua anggota Brimob tewas di tempat kejadian. Peristiwa itu patut disesali. Tidak dibenarkan manusia menjadi hakim bagi manusia lainnya, apa lagi menghilangkan nyawa seseorang. Menurut, Yoku, manusia sebagai umat Tuhan yang paling mulia tidak seharusnya berlaku kejam terhadap sesamanya, apa lagi sampai membunuh. Ini sudah minggu Advent pertama bagi umat Nasrani. Seharusnya dalam minggu ini kita semua coba untuk tidak melakukan sesuatu hal yang merusak citra kita sebagai umat Tuhan di atas tanah ini, baik itu dengan minum memabukkan, dan pesta pora, Apa lagi sampai pada konflik (penembakkan) di Ilaga, Puncak. Seharusnya sebagai umat Tuhan, kaum Nasrani mempersiapkan diri untuk menyambut hari sukacita yang penuh dengan kedamaian di bulan Desember, bukan dengan pertikaian yang bisa menimbulkan kebencian. Ada baiknya, kita semua persiapkan diri, persiapkan rumah kita dan gedung gereja, untuk menyambut perayaan Natal dan Tahun baru.

Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi, Yotje benar-benar tidak akan mau kompromi dengan pelaku penembakan di Puncak Ilaga yang menewaskan 2 anggota Brimob di depan Kantor Bupati Puncak, Rabu (3/12). Untuk itu, Kapolda memerintahkan kepada anggotanya untuk mengejar dan menangkap pelaku penembakan dua anggota Brimob  tersebut. Kami mengutuk perbuatan pelaku penembakan itu karena mereka telah melanggar HAM dan tidak berprikemanusiaan hingga melakukan penembakan secara sadis terhadap anggota kami dari belakang. Saya sudah perintahkan untuk  mengejar dan menangkap pelaku itu,

Kapolda Yotje mengaku bahwa dirinya masih punya keinginan untuk berdamai dengan kelompok tersebut, dengan syarat mereka harus menyerahkan diri dan tidak melakukan perbuatan yang tidak manusiawi. Kapolda masih memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyerahkan diri dan mengembalikan senjata itu. Namun apabila tidak, maka  mereka tetap dikejar.

Sementara itu, Bupati Puncak Willem Wandik mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Puncak menyatakan sikap untuk mendukung langkah Kepolisian Papua yang akan melakukan pengejaran dan pencarian terhadap Kelompok Bersenjata yang menembak dua personil Brimob tersebut. Ia menyatakan, jika pengejaran tidak dilakukan maka masalah yang terjadi di daerahnya tidak akan selesai, dan masyarakat di sana akan ketakutan dalam melaksanakan aktivitas. Bupati Willem menilai, pelaku penembakan tersebut tidak memiliki kasih dan mereka harus di denda sesuai dengan kesepakatan yang berlangsung pada bulan November lalu. “Ada enam kesepakatan yang dilakukan terhadap para pelaku penembakan di sana. Kami tuntut Rp2 miliar. Kalau tidak pelakunya maka, kepada keluarganya,” tegas dia.

Disinggung motif pelaku penembakan itu, Bupati Willem  mengungkapkan, motif penembakan itu hanya ingin merampas senjata. Tapi dampaknya ke masyarakat. “Ketika mereka melakukan pengacauan, lalu mereka hilang. Masyarakat jadi ketakutan hingga membuat situasi tidak aman,”katanya. Apakah perbuatan mereka untuk memperjuangkan merdeka? lagi,lagi Bupati Willem menandaskan, bahwa Perjuangan Papua merdeka tidak seperti ini. “Tidak bisa dan kami tidak setuju. Mereka ini tidak punya hati. Kami berupaya membangun daerah dan keluar dari ketertinggalan, keterisolasian tapi mereka mengacau sehingga perkembangan pembangunan semua macet,” ucapnya. (SP/99)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer